Sekolah, merupakan tempat untuk memperoleh ilmu pengetahuan, namun
terkadang sekolah juga membuat para siswa dituntut buat belajar tentang apa-apa
yang sebenarnya tidak mereka sukai. Banyaknya mata pelajaran dengan banyaknya
tugas dari setiap mata pelajaran menjadikan para siswa diwajibkan untuk menguasai semua mata
pelajaran yang ada. Siswa sekan-akan tidak pernah diberi kesempatan buat
memilih mata pelajaran sesuai dengan kata hatinya, siswa hanya duduk mengikuti
arahan guru dan wajib memberikan nilai yang memuaskan disetiap tugas dan ujian
akhir.
Siswa SD, sudah diberi berbagai macam jenis mata pelajaran yang
seharusnya di tingkat sekolah dasar anak masih bisa merasakan “main”, belajar
sambil bermain itu merupakan hal yang menyenangkan, tidak harus monoton dari
waktu ke waktu siswa terus belajar tentang sesuatu yang bersifat menghafal,
bukan belajar yang membuat pengalaman siswa tumbuh menjadi pribadi yang lebih
kreatif dan siap berkompetisi dalam setiap kehidupan.
Kurangnya budaya membaca, dan banyaknya siswa menghafal mata pelajaran
mulai dari jenjang SD membuat siswa menjadi malas buat membaca, membaca hanya
dijadikan sarana saat akan menghadapi ujian ataupun tugas sekolah, tidak sepenuhnya
menambah pengetahuan siswa. Siswa hanya mengandalkan buku pelajaran yang mereka
peroleh dari guru mereka. Siswa hanya diarahkan buat menghafal apa yang sudah
guru berikan disekolah, siswa tidak dituntut buat menambah pengetahuan dengan
membaca sesuatu hal yang mampu menambah wawasan mereka.
Tak heran, jika banyak dari siswa apabila melakukan satu kesalahn sedikit
saat belajar disekolah, maka para siswa akan langsung malu dan mendapatkan
teguran dari guru. Padahal yang namanya belajar itu bermula dari kesalahan,
dengan adanya kesalahan maka siswa akan mengetahui sesuatu hal yang benar, yang
nanti mampu memberikan pengetahuan baru bagi para siswa. Cara belajar selama
masa SD dan berakhir dengan Ujian Nasional bagi para siswa yang menjadikan
siswa tetap hanya bisa menghafal dari apa yang sudah dipelajari selama di
Sekolah Dasar. Siswa mungkin memang akan mendapat nilai terbaik, namun sisi
pengembangan diri dari setiap siswa apakah memang juga akan terbukti baik
Beralih menuju Sekolah Lanjutan
Tingkat Pertama, disini sistem belajar siswa tidak jauh beda dengan saat di
Sekolah Dasar, malah beban belajar siswa SMP akan bertambah. Siswa dituntut
untuk aktif dalam setiap kegiatan dan
mata pelajaran, siswa dituntut buat mendengarkan ceramah saat guru menjelaskan,
yang kemudian dilanjutkan buat mengerjakan tugas yang terkadang hanya tinggal
menyalin saja, tanpa perlu siswa berpikir ulang tentang apa yang sedang dan
sudah dipelajarinya. Lagi-lagi siswa dituntut buat menghafal semua mata
pelajaran yang sudah guru berikan, sampai di sini pun siswa akan menghadapi Ujian
Nasional yang juga dituntut buat menghafal.
Masa-masa SMA, merupakan masa
dimana siswa sudah mulai bisa memilih apa-apa yang sesuai dengan kata hatinya,
namun lagi-lagi siswa dituntut buat belajar semua mata pelajaran. Tak peduli
apa siswa suka atau tidak, apakah penting atau tidak, atau apakah pelajaran
yang siswa pelajari tersebut mampu memberi pengetahuan baru bagi para siswa.
Siswa hanya tinggal mengikuti apa yang guru katakan. Cara belajar para siswa
mulai dari SD, SMP sampai SMA tidaklah berbeda, malah bisa dibilang sama, yang
membedakan hanyalah beban yang pasti akan bertambah dari setiap jenjang sekolah
yang dilalui siswa.
Oleh karena itu, Jika aku jadi presiden, maka akan aku hapus sitem
Ujian Nasional yang menakutkan bagi para siswa, yang hanya menjadikan siswa
hanya mampu menghafal saat belajar, dan Akan aku rubah menjadi sistem pembelajaran
yang menyenangkan dengan cara mewajibkan bagi para siswa membaca, dengan ukuran
nilai akhir berupa karya, baik itu berupa tulis maupun yang lainnya dan
hasilnya dipublikasikan secara massa. Jadi siswa bebas memilih buku yang mampu
menambah wawasan dan mampu mengembangkan diri para siswa. Tidak melulu membaca
buku pelajaran yang hanya menjadikan siswa penghafal tanpa karya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar